Sabtu, 29 Januari 2011

Persiapan Fase 3 (Survey Pertanian)

Tim Vanlith Peduli menginjak ke persiapan fase 3, yaitu rehabilitasi lahan pertanian. Tim vanlith mengadakan survei terhadap lahan - lahan pertanian warga. Selain pendataan luas lahan pertanian dan tegalan, kami juga mendaftar kebutuhan bibit, pupuk dan peralatan pembersihan lahan. Sedangkan untuk proses cara pembersihan lahan dan pengolahan lahan ,kami bekerja sama dengan tim ahli dari Dinas Pertanian Kecamatan  Dukun yang memang lebih berkompeten  dalam hal ini.

Foto dokumentasi survey lahan pertanian 


Survey pertanian  











PERKEMBANGAN RECOVERY PROJECT DUSUN SABRANG



Perkembangan pelaksanaan recovery project dusun Sabrang per tanggal 27 Januari 2011.
Program : Perbaikan saluran irigasi

1. Talud di Sungai Blongkeng
1.1. Irigasi 1:
     –  Panjang talud     = 4,3 m
    -  Tinggi        = 1 m
    -  Volume        = 39,744 m3

Keterangan : TAHAP PELAKSANAAN TELAH SELESAI 30%

1.2. Bendung Bronjong di Sungai Blongkeng
    –  Panjang talud     = 11 m (6 Bronjong)
    -  Tinggi        = 1 m (2 Bronjong)
  

Keterangan : TAHAP PELAKSANAAN BELUM DIMULAI DIKARENAKAN MASIH TERJADI BANJIR LAHAR DINGIN DI SUNGAI BLONGKENG

Foto dokumentasi:



 

 

PERKEMBANGAN RECOVERY PROJECT DUSUN TANGKIL


Perkembangan pelaksanaan recovery project dusun Tangkil per tanggal 27 Januari 2011.
Program : Perbaikan saluran irigasi

1. Irigasi 1(tepi kanan jalan desa):
     –  Panjang Plisiran    = 174 m
    -  Lebar        = 0,3 m
    -  Tinggi        = 0,8 m3
    -  Volume Plisiran    = 41,76 m3


2. Irigasi 2 (tepi kiri jalan desa) :
    –  Panjang Plisiran    = 174 m
    -  Lebar        = 0,3 m
    -  Tinggi        = 0,8 m3
    -  Volume Plisiran    = 41,76 m3


Keterangan : TAHAP PELAKSANAAN TELAH SELESAI 90%


Foto dokumentasi:










PERKEMBANGAN RECOVERY PROJECT DUSUN KEMBANG




Perkembangan pelaksanaan recovery project dusun Kembang per tanggal 27 Januari 2011.
Program : Perbaikan saluran irigasi dan air bersih


1. Talud
1.1. Irigasi 1:
a.     –  Panjang talud     = 7 m
    -  Tinggi        = 1 m (+pondasi)
    -  Volume        = 2,8 m3
b.     –  Panjang talud     = 10,5  m
    -  Ditinggikan        = 0,3 m
    -  Volume        = 1,26 m3
c.     –  Panjang talud     = 49,6 m
    -  Tinggi        = 1 m (+pondasi)
    -  Volume        = 3,84 m3
d. alternatif:
    –  Panjang talud     = 5  m
    -  Tinggi        = 0,5 m
    -  Volume        = 1 m3

Keterangan : TAHAP PELAKSANAAN TELAH SELESAI 100%


1.2. Irigasi 2 :
a.  -  Panjang talud     = 8,5 m
    -  Tinggi                 = 1,2 m
    -  Volume              = 4,08 m3


b.  -  Panjang talud     = 7 m
    -  Tinggi                  = 2 m
    -  Volume               = 5,6 m3

Keterangan : TAHAP PELAKSANAAN TELAH SELESAI 90%

2. Pipanisasi antar bak penampung air
- Pipa 1”    = 1500 m (375 batang)
- Pipa 2”    = 8m (2 batang)

Keterangan : TAHAP PELAKSANAAN TELAH SELESAI 100%


Foto dokumentasi:







Kamis, 27 Januari 2011

PERKEMBANGAN RECOVERY PROJECT DUSUN TANEN


Perkembangan pelaksanaan recovery project dusun Tanen per tanggal 27 Januari 2011.
Program : Perbaikan saluran irigasi


1. Talud
1.1. Irigasi 1:
a.  -  Panjang talud    = 4,3 m
    -  Tinggi                 = 1 m
    -  Volume              = 1,72 m3
b. -  Panjang talud     = 1,2  m
    -  Tinggi                 = 1,8 m
    -  Volume              = 0,864 m3

Keterangan : TAHAP PELAKSANAAN TELAH SELESAI 100%
 
1.2. Irigasi 2 :
 
a. - Panjang talud       = 7 m 
    - Tinggi                   = 1,5 m 
    - Volume                = 5,25 m3
b. -  Panjang talud     = 24,8m
    -  Tinggi                 = 0,5 m
    -  Volume               = 4,96 m3
Keterangan : TAHAP PELAKSANAAN TELAH SELESAI 90%

2. Pipanisasi antar bak penampung air
- Pipa 1”       = 700 m (175 batang)
- Pipa 1,5”    = 700 m (175 batang)
Keterangan : TAHAP PELAKSANAAN TELAH SELESAI 100%

Foto dokumentasi:





PERKEMBANGAN RECOVERY PROJECT DUSUN GEMER


Perkembangan pelaksanaan recovery project dusun Gemer per tanggal 27 Januari 2011. Program : Perbaikan saluran irigasi dan bendung

1. Talud
1.1. Irigasi 1:

  • Panjang talud     = 8,5 m
  • Tinggi                 = 1,4 m
  • Volume              = 4,76 m3
1.2. Irigasi 2
  • Panjang talud     = 8  m
  • Tinggi                 = 1,8 m
  • Volume              = 5,76 m3
Keterangan : TAHAP PELAKSANAAN TELAH SELESAI 100%

2. Bendung :

  • Panjang talud     = 8,5 m
  • Tinggi 1             = 1,3+ 50cm pondasi
  • Tinggi 2             = 1,5+ 50cm pondasi
  • Volume              = 17 m3
Keterangan : TAHAP PELAKSANAAN TELAH SELESAI 80%

 Foto dokumentasi:



 

Sabtu, 22 Januari 2011

Pelaksanaan Fase 2 - RECOVERY PROJECT 2011


Program recovery infrastruktur air bersih dan irigasi (fase 2) dilaksanakan secara serentak oleh semua dusun di desa Ngargomulyo. Pengerjaan proyek ini dilakukan secara bergotong royong oleh warga sendiri di dampingi oleh rekan-rekan pengawas teknik dari tim Vanlith Peduli.
Pengerjaan oleh warga dilaksanakan setiap hari kecuali hari Jum'at, hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu kegiatan beribadah sholat Jum'at bagi sebagian warga yang memeluk agama Islam.Selain itu pengerjaan juga diliburkan bila ada situasi yang tidak mendukung seperti hujan deras maupun adanya lelayu atau warga meninggal di dusun mereka.

Foto dokumentasi pelaksanaan fase 2:

Sebagian talud irigasi yang telah selesai

Persiapan pembuatan tandon air

Pengiriman material kedusun-dusun


Persiapan Fase 2 - RECOVERY PROJECT 2011

Pelaksanaan program recovery dan rehabilitasi desa Ngargomulyo oleh Tim Vanlith Peduli, sebagai lanjutan dari fase 1 (tanggap darurat) dimulai pada awal bulan Januari 2011. Program ini berfokus pada perbaikan saluran air bersih beserta irigasi, dan rehabilitasi lahan pertanian.

Program recovery dan rehabilitasi ini dimulai dengan mengadakan survey di dusun-dusun di desa Ngargomulyo oleh Tim Vanlith Peduli. Hal selanjutnya adalah pengadaan material – material  seperti semen, pipa pralon dan lainnya sesuai dengan kebutuhan yang telah dianggarkan.
 


PENGADAAN MATERIAL 

Pengadaan material bahan bangunan dilakukan oleh tim vanlith peduli sesuai dengan anggaran yang telah direncanakan. Anggaran ini dibuat berdasarkan survei maupun dari permintaan kebutuhan perdusun.
Bahan bangunan yang disediakan oleh Tim Vanlith peduli antara lain  semen, pipa pralon, bronjong, besi beton, dan peralatan kerja seperti cangkul, sabit, linggis, bodem, dan lainnya. 


Sedangkan material bangunan yang berupa pasir dan batu disediakan oleh warga masyarakat sendiri secara gotong royong.

Foto dokumentasi survey:

  
Foto dokumentasi pengadaaan material oleh warga:



 Foto dokumentasi pengadaaan material oleh Tim Vanlith Peduli:







Jumat, 21 Januari 2011

Data Korban Banjir Lahar Dingin Kabupaten Magelang per 19 Januari 2011

Data berikut merupakan catatan dari pertemuan yang diadakan oleh Pemda Magelang, Rabu (19/01) lalu. Data ini merupakan korban banjir lahar dingin hingga 19 Januari 2011. Jumlah total pengungsi: 4111 jiwa, terbagi di 13 titik pengungsian di 4 kecamatan:
  1. Muntilan: 5 titik: 1786 jiwa
  2. Salam: 4 titik: 1425 jiwa
  3. Mungkid: 1 titik: 565 jiwa
  4. Srumbung: 3 titik: 335 jiwa
Rumah Terkena Banjir Lahar Dingin:
  • Muntilan:
  1. Adiikarto: 13 rumah hanyut, 21 rumah rusak berat. Total: 34
  2. Gondosuli: 2 rumah hanyut. Total: 2
  3. Taman Agung: 2 rumah hanyut , 11 rusak berat. Total: 13
  • Salam:
  1. Jumoyo: 54 rumah hanyut , 36 rusak berat, 5 rusak sedang, 7 rusak ringan. Total : 102
  2. Sirahan: 11 rumah hanyut , 58 Rusak berat. Total: 69
  3. Seloboro : 2 rumah berat, 7 rumah sedang , 2 rusak ringan. Total: 11
  4. Sucen: 4 rusak berat , 1 rusak ringan. Total: 5
  • Mungkid:
  1. Ngrajek: 5 hanyut, 2 rusak berat, 50 rusak ringan. Total: 57
  • Ngluwar
  1. Blongkeng: 6 rusak berat. Total: 6

Sekolahan Rusak (sesuai skala kerusakan di no urutnya dari parah-sedang):
  1. SMK N 1 Salam (Pertanian )
  2. TK pertiwi Sirahan,Salam
  3. TK ibnu hajar
  4. SD N Sirahan 1
  5. SD N Sirahan 2
Jambatan Rusak (yang baru terdata):
  1. Jembatan Talun
  2. Jembatan Tlatar 1
  3. Jembatan Tlatar 2
  4. Jembatan Gondosuli
  5. Jembatan Gunung lemah
  6. Jembatan Bojong
  7. Jembatan Mendut (Srowol )
  8. Jembatan Mantingan
  9. Jembatan Gowok Sabrang
Pendataan lahar pertanian yang menjadi korban baru akan diselesaikan 5-6 hari ke depan.
[Adriani Zulivan, laporan Bayu Saptanugraha - JM Dukun, Magelang]

sumber artikel : www.merapi.combine.or.id

Profil Desa Ngargomulyo

Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang adalah  salah satu Desa yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Gunung Merapi. Desa  yang berketinggian 735-900 mdpl ini adalah salah satu kawasan di lereng barat Merapi yang masih baik kondisi hutannya .  Meski hutan-hutan di desa lain di kawasan lereng barat banyak yang rusak karena pertambangan namun desa ini memiliki tekad untuk tetap mempertahankan kondisi hutan yang mereka miliki.

Desa ini termasuk desa yang kecil dengan 11 dusun. Dusun tersebut adalah Sabrang, Kembang, Tanen, Batur Ngisor, batur nduwur, Gemer, Tangkil, Ngandong, Karanganyar, dan Bojong. Meski daerah pedusunan relatif kecil namun  hutan yang masuk desa ini cukup luas. Hutan ini merupakan daerah tangkapan air yang penting di Daerah Aliran Sungai (DAS) Progo, salah satunya adalah Sungai Blongkeng. Sungai Blongkeng memiliki aliran cukup deras dan airnya sangat jernih. Keberadaan hutan yang masih bagus membuat sungai ini selalu mengalir sepanjang tahun.


Pertanian Desa Ngargomulyo

Ketersediaan air yang melimpah sangat mendukung kegiatan pertanian di desa ini. Dengan jumlah penduduk sekitar 2.381 jiwa, hampir 90% nya adalah petani. Pertanian yang di kembangkan di daerah ini adalah persawahan basah dengan komoditas utama tanaman  padi. Disamping menanam padi mereka juga mengembangkan tanaman tegalan dengan jenis sayuran cabe, kubis, sawi, buncis, dan lain-lain. Sebagian petani ini masih mempertahankan pola pertanaian tradisional dengan sistem pertanian organik.
Ciri masyarakat petani di desa ini cukup kental. Masyarakat bahu-membahu baik tua maupun muda turun ke sawah. Selain bertani, mereka juga beternak sapi. Hiruk-pikuk masyarakat berangkat mencari rumput maupun ke  sawah  sangat tampak setiap pagi menjelang. 


Selain pertanian kerajinan di desa ini cukup menonjol. Kerajinan anyaman bambu di desa ini sudah menjadi ativitas yang turun-temurun. Ketersediaan bambu yang cukup melimpah menyebabkan pengrajin anyaman bambu sangat mudah mencari bahan baku. Di Dusun Sabrang dan Tanen hampir tiap keluarga, para ibu rumah tangga setiap hari punya kebiasaan  menganyam bambu. Hasil kerajinan ini antara lain Kepang, Besek,Tepas,  pyan dan pagar. 


Hubungan Masyarakat dengan Alamnya
Kehidupan masyarakat memiliki hubungan yang dekat dengan alamnya. Masyarakat sangat sadar akan peran hutan Merapi bagi ketersediaan air yang mengalir di desanya. Setiap hari mereka masuk kawasan hutan untuk mencari kayu bakar dan rumput untuk ternaknya. Di bawah tegakan hutan pinus tersedia rumput pakan ternak yang cukup melimpah. Secara umum Hutan di daerah merapi dibagi menjadi 3 macam :
1.    Hutan alam  berisi tumbuhan  asli pegunungan seperti dadap duri (Erythrina lithosperma), Puspa (Schima  wallichii), Ki kepas (Engelhardtia spicata), Kinah (Chinchona sucirubra),   dan lain-lain.
2.    Hutan Pinus,  adalah hutan bekas  Perhutani yang di produksi getahnya.
3.    Hutan rakyat milik masyarakat yang ditanami pohon-pohon rakyat seperti  sengon, bambu, waru, nangka, kopi kaliandra dan lain-lain.


 Kehidupan Sosial dan Budaya Masyarakat

Masyarakat Ngargomulyo yang sederhana  masih memiliki semangat gotong royong yang tinggi. Budaya sambatan(gotong-royong)  adalah salah satunya. Ketika sebuah keluarga membangun rumah maka para tetangga secara sukarela turut membantu.
Ngargomulyo  juga kaya akan kesenian daerah. Kesenian  yang telah mengakar antara lain Jantilan, Reog, Karawitan, Jaelantur, Angguk, Cakar lele, kuda lumping, topeng ireng dan lain-lain.  Bagi mereka kesenian adalah sebuah kebutuhan ekspresi mereka yang tidak ternilai oleh uang semata.
 

oleh : Irfan R (Yayasan Kanopi Indonesia) 

sumber: http://kanopi-indonesia.org

Banjir Lahar Dingin Kali Putih

Batu 'kecil' luapan banjir lahar dingin Kali Putih
Kali Putih merupakan salah satu sungai yang di lewati banjir lahar dingin Merapi. Salah satu titik yang paling rawan  dari aliran sungai ini adalah di desa Gempol  - Jumoyo. Telah lebih dari 5X lalulintas jalan raya Magelang-Yogyakarta  KM 23 Magelang, Jawa Tengah Ini terputus akibat naiknya endapan material baik batu, kerikil  dan pasir hingga ke badan jalan. 

Ketika terjadi hujan lebat diwilayah sekitar lereng Merapi dengan intensitas yang tinggi, sempat jalan raya provinsi ini tertimbun endapan hingga lebih dari 2 meter seperti pada  Minggu malam tanggal 9 Januari 2010. Hingga 2 hari kemudian barulah jalan ini dapat dibuka kembali. 
Pada saat itu, lalulintas kendaraan dialihkan ke jalur alternatif. Bagi kendaraan dari arah Magelang  menuju Yogyakarta, diarahkan ke Kalibawang-Kulonprogo. Sementara itu dari arah Yogyakarta menuju Magelang dialihkan kearah Ngluwar – Wates dari pertigaan Semen. Jalur alternative  lainnya yang sering digunakan penduduk sekitar Muntilan adalah dengan melewati jalur Ngepos-Srumbung.

Selain memutus lalulintas untuk semua kendaraan, luapan banjir lahar dingin ini juga mengubur desa Gempol  hingga lebih dari 2m beserta  desa- desa disekitarnya sepanjang alur Kali Putih seperti desa Sirahan, Salakan , Jetis,  Gemampang dan Glagah. Warga masyarakat yang tinggal didaerah tersebut kemudian diungsikan ke Tempat Pengungsian Akhir (TPA) Tanjung di Kecamatan Muntilan.


Aliran banjir yang meluap membentuk semacam aliran baru dan  meluluhlantakkan sebagian bangunan yang dilewatinya. Bahkan badan jalan raya pun sebagian telah tergerus dan membuat lalu lintas semakin tersendat karena terjadi penyempitan menjadi 3 lajur  kendaraan dari yang semula 4 lajur. Sisa-sisa pasir dan kerikil di jalanpun membuat pengendara harus ekstra berhati – hati.


 Ada terdengar bahwa jalur luapan banjir ini merupakan aliran Kali Putih yang lama. Dan adapula muncul wacana untuk mengembalikan aliran sungai tersebut seperti dahulu. Walaupun demikian, selama curah hujan masih tinggi kemungkinan terjadi banjir lahar dingin susulan masih mungkin terjadi. Semoga tidak terjadi korban lagi. (Phedua)

Rabu, 19 Januari 2011

Pameran Foto Posko Vanlith Peduli

Posko Vanlith Peduli mengadakan kegiatan pameran foto pada bulan desember bertepatan dengan kegiatan rapat FKMPP yaitu rapat antara pendamping asrama (pamong) dan pendamping dengan orangtua murid.  Pameran foto  ini kami gunakan sebagai media penggalangan dana, dan berbagi informasi terkini tentang gunung Merapi. Hal lainnya adalah pemutaran film dokumentasi baik mengenai erupsi Merapi maupun dokumentasi kegiatan posko selama masa-masa krisis Merapi ketika sempat menampung pengungsi hingga mencapai lebih dari 1500 orang pengungsi. 

Kegiatan ini mendapat animo pengunjung yang lumayan banyak sehingga pengunjung saling berdesak-desakan. Namun hal ini tidak menyurutkan minat pengunjung untuk mengetahui informasi seputar gunung Merapi. Hal yang paling berkesan yang diungkapkan pengunjung adalah display endapan abu / pasir dari desa di sekitar Merapi yang mempunyai ketebalan hingga 10cm dan display batu dari hujan kerikil yang sempat melanda Muntilan pada erupsi pertama Merapi tanggal 26 Oktober 2010.(phedua)






Berdirinya Posko Vanlith Peduli & Proses Tanggap Bencana

Posko Vanlith Peduli  didirikan di SMA Pangudi Luhur  Vanlith Muntilan oleh obrolan ringan beberapa alumni yang sedang berkunjung melihat kondisi Muntilan, tepat setelah erupsi pertama gunung Merapi yang meluluhlantakkan daerah Kinahrejo Cangkringan pada tanggal 26 oktober 2010.  Pada awalnya posko ini adalah posko logistik yang bertujuan untuk memfasilitasi proses penyaluran bantuan dari donator ke pengungsi yang membutuhkan. 


Pada perkembangan selanjutnya mulai ada rombongan pengungsi yang ingin untuk menumpang di posko Vanlith Peduli. Dari mulai 60 orang hingga akhirnya mencapai 700an orang ketika erupsi malam hari pada tanggal 30 -31 dini hari. Pada tahap ini, posko Vanlith Peduli pun menjadi posko pengungsian dan logistik.


Gunung Merapi mencapai masa – masa krisis pada awal bulan November. Mulai terjadi hujan pasir lebat hingga 3 hari 3 malam. Puncaknya terjadi pada tanggal 5 november dini hari. Suara gemuruh dan getaran vulkanik gunung Merapi terasa hingga posko Vanlith Peduli di Muntilan. Jumlah pengungsipun mencapai puncaknya hingga lebih dari 1500an orang. Barak pengungsianpun menggunakan aula, kapel, bangsal, ruang makan asrama, hingga ruang-ruang kelas. Kegiatan belajar-mengajar pun diberhentikan karena situasi yang memang sangat tidak mendukung. 


Posko Vanlith sempat menjadi  Posko pengungsian yang paling dekat dengan Merapi dengan radius ‘hanya’ 17,5 Km dari puncak Merapi dari tetapan batas aman radius 20km oleh BPPTK. Namun, Posko Vanlith tetap bertahan dan tetap siaga bersiap-siap bila nantinya diperlukan evakuasi. Untunglah karena karunia Tuhan kami dapat melewati masa kritis tersebut dengan baik-baik saja.


Pada bulan Desember aktivitas Merapi mulai menurun. Status Merapipun diturunkan dari AWAS menjadi WASPADA oleh BPPTK. Beberapa hari kemudian, karena dirasa sudah aman. Sebagian pengungsi meninggalkan posko pengungsian Vanlith. Mereka kembali kerumah-rumah mereka di kaki gunung Merapi. Sedangkan sebagian lainnya di relokasi ke TPA Sawitan di Magelang, karena kegiatan belajar mengajar di SMA Pangudi Luhur Vanlith akan dimulai kembali. 


Setelah tidak adanya pengungsi yang tinggal, Posko Vanlith Pedulipun kembali ke fungsi awalnya sebagai posko logistik. Kamipun berfokus pada penyaluran bantuan kepada mereka yang pernah mengungsi di SMA Vanlith, dan kepada posko-posko lainnya yang masih membutuhkan logistik. 


Sebagai tanggung jawab atas sisa dana dari donator, Tim Vanlith Peduli mengadakan kegiatan Recovery Project dengan program perbaikan saluran air bersih dan irigasi, hingga nantinya rehabilitasi lahan pertanian. Program ini dilakukan di desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun yang terdiri dari 11 dusun, yang kebetulan sebagian besar warganya mengungsi di posko Vanlith Muntilan saat masa-masa kritis Merapi. Program ini dimulai pada awal Januari 2011.

Sabtu, 15 Januari 2011

Medical Services Desa Paten

Sabtu, 15 Januari 2010 Tim Vanlith Peduli bekerja sama dengan Tim Universitas Gajah Mada Yogyakarta untuk membuka posko pelayanan kesehatan di daerah Paten. Namun karena ada halangan dari Tim UGM yang tidak bisa hadir, maka tim Vanlith Peduli meminta bantuan Dr.Rika dari Muntilan untuk membantu membackup kegiatan ini. Dr. Rika merupakan salah satu dokter yang sempat bertugas di posko Vanlith pada saat masa-masa kritis erupsi gunung Merapi pada bulan November 2010. Dengan dibantu tim Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta., posko pelayanan kesehatanpun dapat terlaksana walau mengalami sedikit keterlambatan.

Posko pelayanan kesehatan ini bertempat di balai desa Paten, dan dilakukan dengan tanpa memungut biaya sedikitpun. Antusiasme masyarakat sangat tinggi menyambut kegiatan ini. Hal ini terlihat dari jumlah warga yang datang mencapai lebih dari 60 orang, mencakup anak-anak, ibu - ibu rumah tangga, hingga orang tua lanjut usia.Dari hasil pemeriksaan, keluhan yang sering muncul yaitu flu, batuk pilek karena cuaca yang tidak bersahabat dan pegal-pegal linu.

Semoga dengan pelayanan kesehatan ini dapat sedikit membantu warga masyarakat Paten untuk menjaga kesehatan dan kondisi badan sehingga mampu beraktivitas dengan baik, terlebih untuk para petani yang setiap hari bekerja keras membanting tulang di ladang maupun dalam mengurus ternak peliharaan mereka. (phedua)

Rabu, 12 Januari 2011

Erupsi MERAPI 2010

Peningkatan status dari "normal aktif" menjadi "waspada" pada tanggal 20 September 2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah menjadi "siaga" sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi "awas" dan semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman.

Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari Magelang yang tewas karena gangguan pernafasan.

Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB. Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah.

Namun demikian, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah lava baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3 November. Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010. Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar menjadi 20 km dari puncak. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya, Bandung, dan Bogor.

Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus "awas" (red alert).

Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap "Awas". Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.

(SUMBER: WIKIPEDIA)